Minggu, 24 November 2013

Kenangan dan Pemiliknya



                                                            Oleh : Ayundayani Rosadi

Aku dan kenangan itu kembali lagi menyatu merajut impian yang dahulu pernah dibuat dalam janji suci sebuah hubungan. Bukan aku yang menciptakan kenangan itu, tapi kenangan itu sendiri yang menghadirkan sebuah permintaan untuk tetap dikenang. Dahulu, sempat berfikir bahwa takan pernah kuhadirkan kenangan ini lagi dalam suasana hati apapun. Tetapi seketika, kenangan itu datang dengan deras saat si pemilik kenangan kembali dengan seenaknya saja dalam hidupku, mengikatku kembali, mengurungku kembali dalam nikmat kebahagiaan yang nyata dalam kehidupanku saat ini.
Bagaskara Dirga Ratama nama itu sangat tidak asing dalam hidupku. Aku memanggilnya Bara, seseorang yang tak pernah lepas dari motor balapnya. Seorang pembalap terhebat di sircuit yang ada di Indonesia dan mungkin seAsia Tenggara. Lelaki yang pernah menghiasi kehidupan cintaku 4 tahun lamanya. Dahulu, kami sering menantang angin malam kota Jakarta hanya untuk bersenang-senang bersama. Bagaikan kehidupan, roda motor balap Bara melaju dengan seimbang dan tak pernah jatuh ke tanah.
Sesuai dengan namanya, Bara seperti api yang selalu membara. Semangatnya tak pernah padam, emosional nya meledak-ledak, dan hanya bisa di taklukan dengan sesuatu yang berbau aku. Aku ingat sekali Bara, kau selalu meredam emosimu jika sudah mendengar suaraku. Aku sangat mencintaimu, memilikimu dan saat itu tak pernah bisa lepas dari hidupmu.
Bara suka sekali dengan Mawar Putih, menurutku kamu adalah laki-laki yang memilki perasaan selembut tissue. Sky Dinning di kawasan Plaza Semanggi menjadi saksi pertama akan keromantisanmu Bara, disana kau memberiku kalung emas putih berliontin laba-laba yang sangat indah. Sangat mengetahui aku menyukai binatang itu kau pun membuatnya dalam bentuk kalung. Kau luar biasa Bara.
Hubungan selama 4 tahun sudah cukup menghasilkan banyak kenangan Bara, dihari ketika Bagaskara Dirga Ratama harus pergi ke France di kota kecilnya Gray. Saat itu Bara turun sircuit untuk memperjuangkan Negara Indonesia ini di Kejuaraan yang digelar di Negara itu. Mulai dari pertandingan hari itu, Bara yang roda balapnya selalu seimbang tak pernah jatuh ke tanah, saat itu Bara terjatuh di tanah yang mungkin belum akrab dengannya. Keadaan kritis Bara membuat suasana hatiku saat itu tak karuan, dengan uang seadanya aku mencoba menyusul ke negara antah berantah itu.
Aku menyesal sebelum pertandinganmu dimulai, kau menghubungiku berkali-kali dan kau sempat agak emosi. Aku sangat tau kepanikanmu jika tak mendapat kabar dariku, aku sangat mengetahuinya. Tetapi hilang sudah Bara yang ku cintai, nyawanya tak tertolong. Hanya satu yang terselamatkan dari mu saat itu, kenangan 4 tahun kebersamaan kita masih selamat. Aku terpuruk dan tak pernah membuka hati kepada setiap lelaki yang mendekat. Sampai akhirnya aku mulai membuka diri bahwa kau memang sudah tiada, tetapi hidupku harus tetap seimbang dan berjalan bagai roda balapmu.
Dua tahun hidup tanpamu, aku mulai membuka diri dengan menjalani segala aktifitasku dengan semangat. Pekerjaanku sebagai Jurnalis membuat hidupku terpental ke penjuru daerah negeri ini. Bara, aku mulai mencoba untuk melupakanmu dan membuatmu tenang dalam alammu.
Suatu hari aku masih mengenakan seragam reporter ku harus segera menuju pulau Sulawesi untuk meliput beberapa kuliner dan budaya khas pulau itu. Aku sangat bersemangat karena pulau itulah yang sangat aku tunggu-tunggu untuk aku singgahi. Bukan karena di pulau itu kita pertama kali bertemu Bara, tetapi saat itu aku rindu sekali dengan keindahan Bunakennya.
Pulau Sulawesi tepatnya di Makassar aku bertemu dengan Bara ku dulu. Dengan motor balapnya lagi, dan dengan seragam ini. Berawal dari wawancara eksklusif kemenangan pertandingan Bagaskara Dirga Ratama.
Di hari ketiga keberadaanku di kota Makassar, aku pergi ke wahana permainan yang cukup besar dikawasan sana. Karena hari itu aku mendapatkan jatah liburan akhir karena selesainya tugas-tugasku.  Aku terkejut, disana ada wahana balapan motor mini. Tidak sama sekali terkenang tentang Bara saat itu, aku memasuki wahana itu seorang diri. Aku gagal mencobanya, karena yang mengendarai harus seorang pria.
Tiba-tiba dari arah jam 09.00 ada motor balap menghampiri aku, tak terlihat sama sekali wajahnya. Hanya saja matanya yang tajam memandangku dengan hangat seakan mengajak aku untuk berkunjung lebih dalam ke matanya. Belum sempat mengenal siapa dirinya, aku duduk di jok belakang motor balap itu. Meningkatnya adrenalinku saat si pengendara misterius itu mengingatkanku kembali dengan Bagaskara Dirga Ratama. Keseimbangan rodanya dan kemenangan kami di dalam wahana itu.
Selesai permainan, aku melihat wajah dibalik helm full face itu. Terkejut bukan main, siapa dia? Apakah kembaranmu Bara? Wajahmu benar-benar mirip dengan pengendara misterius itu. Hanya berbeda dengan warna bola mata, karena bola matamu hitam dan bola matanya coklat seperti memakai softlens.
Aku berkenalan dengan pengendara misterius itu, ternyata namanya Andi Akmal Akram. Pria asli dari kota makassar yang masih memiliki keturunan darah bangsawan dikota ini. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan Bara anak tunggal dari keluarga keraton Solo.
Akram, aku memanggilnya dengan sebutan itu. Mungkin dia masih ingat wajah kagetku ketika pertama kali melihat wajahnya. Apa ini kau Bara? Reinkarnasi itu benar-benar ada atau tidak aku pun tidak mau berfikir takhayul itu terlalu jauh.
Aku bertukaran nomer handphone dengan Akram, kepulanganku ke Jakarta juga diantar olehnya ke bandara Kota Makassar. Sifat energik nya sangat mirip dengan Bara membuat aku benar-benar terperangkap dalam kenangan itu. Si pemilik kenangan itu hadir lagi dalam keanehan yang sulit ditebak. Bukan kembar identik tetapi bisa seperti pinang dibelah dua, sungguh membuat banyak tanda tanya didalam kepala.
Sudah 6 bulan lamanya aku berhubungan dengan Akram, hari ini akram akan kerumahku. Kebetulan dia sedang berkunjung kerumah saudaranya yang ada di Jakarta. Hubungan 6 bulan kami saat ini sudah mencapai ke titik keseriusan, tetapi belum sama sekali adanya kejelasan. Maklum saja, terakhir pertemuan kami itu 6 bulan yang lalu. Dengan singkat dan penuh dengan misteri.
Hari ini aku dan Akram akan mengelilingi Taman Safari, karena itu permintaan Akram jadi aku sebagai orang yang lebih mengenal Jakarta bersedia untuk menjadi tour guide dalam trip perjalanan Akram kali ini. Dia memang hobi travelling dari cerita-cerita nya dalam ponsel selama 6 bulan ini.
Aku memakai pakaian casual tetap dengan gaya diriku sendiri dan tak lupa mengenakan parfum Balenciaga Florabotanica favoritku. Aku yang akan menjemputnya ke bandara, jalanan cukup padat merayap karena hari ini jam pulang kerja. Sesampai di Bandara, lelaki bertubuh tinggi besar, berkulit coklat, berambut berantakan, bermata coklat, dan hanya memakai kaos oblong dan celana pendek sudah duduk dikursi tunggu bandara.
Ternyata Akram sudah lebih dulu sampai daripada diriku. Akram masih sama, masih seperti Bara dan lagi-lagi membuatku terkejut dengan memberiku mawar merah. Terkejut, Akram dengan mawar merahnya dan Bara dengan mawar putihnya. Tiba-tiba dadaku sesak mengingat segala kenangan itu, perasaanku tak bisa aku kendalikan, aku memeluk Akram seakan Bara masih dihadapanku. Perihal Bara, aku sudah banyak cerita dengan Akram. Mungkin, dia sadar arti pelukanku itu hanya pelukan yang merindukan kenanganku.
Kami pergi ke tujuan awal dengan tawa yang meledak-ledak, padahal itu pertemuan kami yang kedua. Sangat aneh, saat itu aku berfikir mengapa Akram bisa sedekat itu denganku, mungkin karena kami selalu kontakan via celuler.
Akram terlihat bahagia dan sangat lelah hari itu, belum sempat mencari penginapan akhirnya dia aku izinkan untuk menginap dirumahku. Sesampai dirumah, bukan hanya aku yang terkejut melihat Akram. Mamaku yang sama sekali tidak tau cerita tentang Akram sempat merasa merinding saat aku mengenalkan Akram padanya. Papaku juga melontarkan banyak pertanyaan sangkin herannya atas kemiripan itu.
Tengah malam, Akram mengirimkan pesan singkat kepadaku.
Kamu sudah tidur? Bisa turun ke ruang TV sebentar?
Tanpa membalasnya, aku segera turun kebawah dan mengenakan jaket malamku karena baju tidurku yang agak tembus pandang. Akram menonton Tv, aku terdiam dibelakangnya. Teringat Bara kembali, potongan rambutnya, aku rindu denganmu  Bara.
“Devi, sini duduk sebentar. Ko kamu bengong sih?”
“Iya, aku hmm kenapa belum tidur?”
“Aku mau bicara sesuatu”
Bara. Mulai malam itu aku benar-benar terkejut dengan semua skenario ini. Akram memberiku kalung emas putih, bedanya kali ini berliontin huruf “A”. Apa maksud semua ini? Akram menyatakan perasaannya padaku. Aku mencintainya masih sebatas aku melihat dirimu ada di dalam Akram. Tetapi aku tidak mau kehilanganmu untuk kedua kalinya Bara.
Mungkin, kau sudah memberikan buku kenangan kita dulu kepada Akram? Atau kau sudah membuat persetujan kalau akram yang akan menjadi pemilik kenangan itu? Atau apa? Semua tanda tanya terjawab saat Akram ingin menikahiku.
Akram pun tahu, aku mencintainya karena bayangmu. Tetapi Akram tetaplah Akram, dan pemilik kenangan itu tetaplah kamu. Mungkin, sudah seharusnya Akram yang meneruskan buku kenangan itu. Dengan Akram, yang bisa menyeimbangkan perjalanan yang harus tetap berjalan layaknya hidupku saat ini.
Semua kenanganmu kembali lagi Bara, takan ku hapus dan takan ku lupa. Tetapi akan kunikmati lagi kebahagiaanku dengan si pemilik kenangan yang berikutnya, Akram.



0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Search Box

HALO

Foto saya
Jawa Barat, Bogor, Indonesia
hello, nama gua ayundayani rosadi. buat lebih akrab panggil aja gua yonde. gua sempet SD di SDN 15 pagi Tugu Utara. terus gua sempet SMP juga di SMPN 136 Jakarta Utara. gua juga sempet SMA nih, di SMAN 75 Jakarta Utara. sekarang gua mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan. Program Studi Jurnalistik. tepatnya dikelas Jurnalistik 1b. gua Announcer di @porosfm (polytechnic radio station) thank you \m/

Pengikut