Sang perintis
Sang
Perintis adalah sebuah film tentang dua tokoh perintis pers nasional, Tirto
Adhi Surdjo dan Rohana Koeddoes. Keduanya dipisahkan oleh tempat dan dekade yang berbeda, namun
mewakili spirit pembebasan bagi masyarakatnya. Raden Mas Djokomono Tirto Adhi
Soerjo (Blora, 1880 – 1918) adalah seorang tokoh kebangkitan nasional
Indonesia, dikenal juga sebagai perintis persuratkabaran dan kewartawanan
nasional Indonesia. Namanya sering disingkat dengan T.A.S.
Profil Raden Mas
Djokomono Tirto Adhi Soerjo
Adalah orang pertama yang
menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda dan pembentuk pendapat umum.
Beliau juga orang yang berani menulis kecaman- kecaman pedas terhadap
pemerintahan kolonial Belanda pada masa itu. Beliau merpakan orang yang
berwatak keras, cerdas dan piawai dalam berorganisasi. Adalah seseorang yang
terus terang dalam menyampaikan beritanya. Dan karena keterusterangannya,
beliau pernah di tangkap dan diasingkan ke pulau Bacan yang dekat dengan pulau
Halmahera (Provinsi Maluku Utara). Setelah masa pembangannya, Tirto kembali ke
Batavia, dan wafat pada tanggal 17 Agustus 1918. Makamnya dipindahkan pada
tanggal 30 Desember ke makam Mangga Dua di Klender, Bogor.
Profil Rohanna
Koeddoes
Lahir di kota Gadang, Sumatera Barat pada tanggal 20
Desember 1884. Ia adalah pendiri sekaligus pengelola surat kabar Poetri Hindia.
Belia hidup di zaman yang sama dengan Kartini, dimana akses wanita untuk
mendapat pendidikan sangat dibatasi. Pada zamannya, Rohanna termasuk salah satu
dari segelintir perempuan yang percaya bahwa diskriminasi terhadap perempuan,
termasuk kesempatan untuk mendapat pendidikan adalah tindakan semena- mena dan
harus dilawan. Dengan kecerdasan, keberanian, pengorbanan serta perjuangannya
Rohanna tidak bisa mendapat pendidikan secara formal namun ia rajin belajar
dengan ayahnya, seorang pegawai pemerintah Belanda.
Berikut
adalah surat kabar yang didirikan sekaligus dikelola oleh Tirto Adhi Surdjo:
Soenda Berita
Tirto Adhi Surdjo
mendirikan surat kabar pertamanya yang diberi nama “Soenda Berita”. Surat
kabarnya ini berdiri selama periode tahun 1903 hingga tahun 1905. Soenda
Berita berdiri, karena atas modal dari Bupati Cirebon, beliau memberikan modal
sebesar 1000 gulen.
Medan
Prijaji
Berdiri di jalan
Maripan, Bandung dan didirikan pada tahun 1907. Medan Prijaji merupakan
salahsatu surat kabar yang memiliki oplah yang cukup besar. Medan Prijaji,
memiliki para pembaca yang berasal dari kalangan atas, misalnya saja para
raja, bupati, dan para petinggi. Namun, disamping itu, para pembacanya itu
hanya terbatas pada kalangan itu saja. Medan Prijaji runtuh karena adanya
masalah, dengan sistem keuangannya. Masalah tersebut dikarenakan adanya para
pelanggannya yang tidak mau membayar surat kabar yang mereka baca. Benar saja,
pada masa itu Medan Prijaji adalah surat kabar yang harganya cukup mahal
yakni, seharga 1,75 gulden. Medan
Prijaji, dalam pemberitannya tidak pernah berbasa- basi dalam mengungkapkan
sebuah berita.
Poetri
Hindia
Poetri Hindia
adalah surat kabar yang ketiga yang dikelola oleh Tirto Adhi Surdjo. Namun
dalam kelanjutannya Petri Hindia dikelola oleh istrinya yaitu Rohana Koeddoes.
Poetri Hindia didirikan pada tahun 1908. Tirto Adhi Surdjo mendirikan surat
kabar ini atas dasar kepeduliannya terhadap kaum wanita, beliau berfikiran
bahwa wanita juga harus berkecimpung dalam proses jurnalistik. Poetri Hindia
diterbitkan 1 bulan 2 kali, berisi tentang keperluan wanita juga ibu
rumahtangga. Dan berisi tips- tips untuk memasak dan keperluan rumah juga
dapur. Poetri Hindia, pernah mendapatkan anugerah dari Sri Baginda Ratu
Belanda. Karena isinya yang mendidik rakyat dan telah memperjuangkan hak- hak
kaum wanita.
Komentar : film ini sangat menarik, menurut saya Tirto
Adhi Surdjo sangat berperan penting pada masa itu. Beliau adalah orang pertama
yang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda dan pembentuk pendapat
umum. Beliau juga berani menulis kecaman kecaman pedas untuk pemerintahan
kolonial belanda, beliau berani memperjuangkan keberadaan surat kabar hingga
akhirnya dapat diterbitkan, sifat pantang menyerahnya mengajarkan kepada kita
tentang arti pentingnya sejarah pers di Indonesia hingga akhirnya beliau di
tangkap.
Selain itu, beliau juga
merintis surat kabar khusus wanita. Dengan tujuan mengenalkan kaum wanita pada
dunia jurnalistik, karena beliau adalah sosok lelaki yang sangat menghargai
perempuan. Pada zaman itu, dimana akses perempuan untuk mendapatkan pendidikan
sangat dibatasi. Tetapi berkat surat kabar yang dikelola oleh rohana,
pendidikan untuk perempuan mulai meluas, dan para perempuan mulai peduli dengan
pendidikan lingkungannya. Tirto Adhi dan Rohanna adalah dua perintis pers yang
berhasil, beliau bisa menanamkan pentingnya pendidikan melalui jalur
jurnalistik. Dengan perjuangan nya yang sangat total dalam membela keperntingan
rakyat Indonesia, beliau menjadi sosok
yang sangat berperan penting dalam perkembangan dunia pers di Indonesia pada masa
kolonial Belanda.
0 komentar:
Posting Komentar