Sejenak,
aku berpikir ini adalah sebuah mimpi. Mimpi yang sama, seperti mimpi-mimpi
sebelumnya.
“Aku
menyesal atas semua sikapku selama ini. Maaf, untuk setiap perlakuanku
terhadapmu. Aku malu” katamu dalam sebuah pesan singkat. Tidak, ini jelas sulit
dipercaya. Ku kira, perasaan tak lagi kau miliki. Baiklah, anggap saja itu
sebuah pembuktian bahwa kau adalah laki-laki. Setidaknya, aku menganggap itu
sebuah penyempurna permainanmu. Ya, permainan. Bermain peran. Cerita apa lagi
yang akan kau buat untuk meneruskan lelucon ini? Bermacam skenario telah aku
cicipi. Tak puas kah? Baik, ku ikuti segala maumu. Tunggu, atau Tuhan telah
mengembalikan hatimu yang lugu? Syukurlah. Seperti kita ketahui, Tuhan memang
baik. Buktinya, Ia masih bersedia mengasihanimu dengan segala ikhlasku. Kau
laki-laki, bukan? Ayo, tunjukkan konsistensimu! Jangan terus menerus
bersembunyi dibalik topeng lusuh itu!
Bucimuchal Pujakemi
Jurnalistik 1A
PNJ
0 komentar:
Posting Komentar