Senin, 01 Oktober 2012

KEHIDUPAN GATOTKACA




            Pagi ini, matahari terbit dari timur(axioma).  Seluruh keluarga Pandawa sedang berduka. Kenapa Karena baru saja tadi malam putra Bima tewas. Gatotkaca, salah satu putra terbaik dari Bima tewas di medan perang. Tungku pembakarannya menyemburkan asap asap, dan bahkan baranya pun belum padam. Wewangian menyelimuti udara disana. Tapi aku, adalah satu satunya yang tidak menangis yang ada di tempat ini. Mengapa aku tidak menangis? Karena, dia mati dengan hebat, bertempur dengan ksatria yang bukan tandingannya. Satu satunya yang berhak menangis adalah pergiwa, istri Gatutkaca, dia sama sekali tidak mengetauhi untuk apa suaminya mati. Dan mungkin orang kedua yang seharusnya menangis adalah aku, mengapa? Karena aku yang melahirkannya.
            Aku tak akan lupa, anakku lahir dengan menderita. Tali pusarnya tidak terpotong dengan alat apapun. Keris dan panah terhebat arjuna, seakan akan tidak memiliki arti. Hanya ada satu senjata yang mampu, pusaka wijayandanu yang dikuasai karna, kiblat pandawa berkata bahwa wijayadanu adalah hak arjuna. Pertarungan kaka beradik itu pun sangat lah sengit. Arjuna hanya berhasil mengambil sarung pusaka. Tetapi aku tak peduli, sarung pusaka yang tidak tajam itu mampu mengakhiri penderitaan anakku. Lenyaplah sudah tali pusar anakku. Aku melihat dia menjadi bocah kecil, lengkap dengan senyuman anak anaknya.
            Nasib yang memberikan jalan lain, ia menjadi pembela dewa-dewa di khayangan. Pracona dan sekipu raksasa raksasa itu menyerang. Anakku terpilih untuk menghadapi mereka.
Aku tidak mau melawan bayi, jadikan tubuhnya sebanding dengan kami. Raksasa-raksasa itu yang meminta, dan dewa yang menentukan. Lalu dilemparlah anakku yang mungil itu ke lautan api candradimuka. Sekian puluh pusaka menyertainya, dan kemudian muncullah sesosok pemuda berbadan kekar dari kobaran api itu, dan membantai Pracona.
“Arimbi istriku, sayang sekali kamu tidak melihat anak kita tadi. Sebagai ayah, aku sangat bangga padanya” (paradigma)
Matahari terbit lalu ayam mulai berkokok (asumsi). Aku tidaklah mengerti apa yang ada di fikiran suami ku, anak ku yang mungil? Yang seharusnya masih kuberi kasih sayang, kusuapi, kutemani tidurnya. Kini, ia datang dengan ukuran tubuh setinggi ayahnya, dengan kumis dan dada berbulu. Penuh keasingan, remaja yang tak pandai berkata-kata. Tapi, aku masih melihat matanya seperti mata bocah anakku. Kebanggan apa yang harus aku milikki?
Dia bahkan tak mengenaliku, dan tak mengetauhi apa itu ibu. Rasa nya ingin meledak kepalaku saat dia tak tau apa apa, dan ayahnya memberi tau aku ibunya beserta apa arti ibu..
            Waktu berjalan cepat, anakku menjadi ksatria paling setia di keluarga Pandawa. Semua orang menyayanginya. Semua prajurit perang membutuhkannya. Gatotkaca dan pasukannya memiliki semangat, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh (Adagium).  Kini anakku milik bersama, bukan milikku seorang. Ia milik Pandawa, yang telah memiliki rencana akan masa depannya. Betul.  Jika dia ada di Amarta.
Tetapi, saat ia berkumpul dirumah saudaranya? Antareja dan Antasena, mereka bercanda keriangan memanjat pohon, berlarian di halaman rumah ayahku. Sementara Gatotkaca, ia hanya mengawasi dari kejauhan. Aku melihat ada jiwa yang ingin memberontak dari tubuh kekar anakku. Mungkin, karena ia tidak pernah merasakan hal hal indah seperti saudaranya. Ia hanya mengenal perang, yang menjadikan nyawanya adalah taruhannya.
“anakku, apa kamu tidak mau main seperti mereka?”
“ia tidak mengjakku”
“tapi kau boleh”
“...........”
“kau ingin menatap capung?”
“terlalu mudah bagiku”
            Aku lupa, anakku bisa menguasai udara. Tetapi, tak adakah waktu untuk mengenalkannya apa itu senang? Apa itu indah? Apa itu duka? Aku hanya ingin anakku seperti manusia selayaknya. Tetapi saat anakku jatuh cinta, aku senang tak terkira. Ia bertemu pergiwa putri arjuna. Belum ia merasakan bahagia seutuhnya, ternyata Pergiwa telah dijodohkan dengan Lesmana anak Duryudana Raja Hastina. Ia patah hati.
            Tetapi, aku berterimakasi dengan kresna, yang telah mengajarinya mencuri  pujaan hatinya. Dan sekarang ia telah memberiku cucu yang mewarisi kegagahan Gatotkaca, Sasikirana. Dua tahun saja menjadi keindahan untukku, setelah itu dia kembali kesediakala. Kembali berperang untuk memperluas jajahan.
Peristiwa Tunggarana, sebuah tanah perbatasan antara Pringgandani dan Trajutrisna, menjadi pertarungan antara Gatotkaca dan Boma. Orang-orang berfikiran Boma akan menang, karena ia adalah anak Kresna. Tetapi, semua pasti ada campur tangan Kresna. Karena boma, bukanlah anak Kresna, ialah aib dari seseorang raksasa yang menghamili istrinya. Aku semakin yakin dengan hal itu, karena peristiwa tewasnya Samba anak kresna yang lain oleh boma.
Tadi malam Kresna menyelinap ke peraduan Gatutkaca.
“anakku. Seberapa besar kau mencintai pandawa?”
“sebesar hormatku padamu”
“jika ku minta nyawamu malam ini?”
“kau lebih tau harga yang pantas untuk itu”
“kemenangan pandawa”
“tunjukan jalanku”
            Mengapa harus anakku? Pagi ini aku menyelinap ke benteng kurawa untuk menemui karna. Kuceritakan padanya tentang Gatotkaca, anakku yang malang. Mengapa seorang karna begitu lantang tertawa setelah menghabisi nyawa seorang bocah yang bukan tandingannya? Ia tersenym
“kami hanya sedang bermain”
Kutatap matanya lekat. Aku tahu bahwa aku telah memaafkannya.
DISTORSI : pesan yang dapat diambil dari cerita diatas adalah sebagai ayah atau kepala keluarga harus mempunyai sikap yang tegas bukan egosi, sebagai pemipin kita tidak boleh bertindak semena-mena dan ajangan mengorbanan kebahagiaan orang lain untuk kepentingan diri sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Search Box

HALO

Foto saya
Jawa Barat, Bogor, Indonesia
hello, nama gua ayundayani rosadi. buat lebih akrab panggil aja gua yonde. gua sempet SD di SDN 15 pagi Tugu Utara. terus gua sempet SMP juga di SMPN 136 Jakarta Utara. gua juga sempet SMA nih, di SMAN 75 Jakarta Utara. sekarang gua mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan. Program Studi Jurnalistik. tepatnya dikelas Jurnalistik 1b. gua Announcer di @porosfm (polytechnic radio station) thank you \m/

Pengikut