“Dia telah berpacaran dengan wanita lain! Kau
sudah tau itu?” ucap salah satu temanku. Lantas, aku harus bagaimana? Membuat
jurang pemisah untuk mereka? Mungkin ia lupa jika aku sudah terbiasa dalam
kondisi seperti ini. Aku tidak marah. Hatiku milik Tuhan. Jika Tuhan menghendaki
untuk aku tidak mengejarnya lagi, silahkan. Sejak awal aku bicara, bahwa hanya
kekaguman yang aku tujukan padanya. Tidak lebih. Tidak semua hal yang aku inginkan
dapat terwujud, bukan? Biar saja dia bahagia bersama wanita itu. Biar dia
bahagia, walaupun bukan aku yang ada di sisinya. Ah, aku lupa. Bahkan dia tidak
mengenalku sama sekali. Mengenal? Melirikku saja dia enggan. Bicara apa aku
ini? Kesucian telah hilang dari diriku. Bagaimana mungkin lelaki sebaik dia
sudi berdampingan denganku?
Bucimuchal Pujakemi
Jurnalistik 1A
PNJ
0 komentar:
Posting Komentar